Selasa, 08 Juli 2014

Sejarah Masjid 'Asal' – Penampaan, Blangkejeren, Gayo Lues.

Masjid 'Asal' – Penampaan didirikan pada tahun 815 H/1412 M. Jika informasi ini akurat, berarti masjid Asal didirikan dalam masa Kerajaan Pasai. Sebab setidaknya, Kerajaan Pasai telah berdiri dari tahun 1282 M, (Ibrahim Alfian, 2004: 26) dan jatuh dalam kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam di tahun 1524 M, (Amirul Hadi, 2004: 13). Sejak pendiriannya sampai saat ini masjid Asal-Penampaan tidak pernah dirombak dan tetap difungsikan oleh masyarakat sekitar sebagai tempat ibadah. Masjid ini dipandang keramat oleh masyarakat sekitar, sebab secara logika bangunan berkonstruksi kayu seperti masjid ini tidak mungkin dapat bertahan sampai 500 tahun. Namun kenyataannya, masjid Asal-Penampaan masih tetap berdiri kokoh sampai sekarang. 
Masjid Asal juga menjadi dasar pemberian nama kampung di mana masjid itu berada. Nama Kampung Penampaan berasal dari kata “penampaan” yang artinya “penampakan/tampak atau terlihat”. Konon menurut riwayat, di masa lalu masjid ini bisa dilihat dari berbagai wilayah di Gayo Lues. Mungkin hal ini disebabkan oleh kondisi wilayah sekitar masjid Asal yang merupakan daerah datar dan masih minim dihuni penduduk. Dengan demikian ia bisa dilihat dari berbagai arah yang umumnya berdataran tinggi. oleh karena itu, daerah di mana masjid Asal berada disebut Kampung Penampaan (yang tampak dari berbagai arah). 

Masyarakat Gayo biasa menyebut masjid ini dengan sebutan "Masjid Asal" karena merupakan masjid yang pertama kali dibangun di wilayah Gayo Lues .  Bangunan fisik masjid Asal dibina dengan kostruksi yang bahan utamanya adalah kayu, bahan-bahan bangunan masjid ini diperoleh dari pepohonan yang banyak tumbuh di sekitar Kampung Penampak'an, bebatuan sungai serta tanoh using yang ada di sekitar masjid tersebut. bahan dasar yang digunakan pada saat pembangunan masjid ini masih utuh bertahan sampai sa'at ini termasuk dinding dari tanoh using.
 Arsitektur masjid Asal Kampung Penampaan mengikuti karakteristik arsitektur masjid tradisional Aceh yang berkembang selama berabad-abad. Arsitektur masjid seperti ini sudah jarang ditemukan di masa sekarang, kecuali pada masjid yang dibangun Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila dengan mengadopsi arsitektur masjid Demak. Arsitektur masjid yang khas ini menjadi bukti terhubungnya kerajaan Demak dengan Aceh dalam pengembangan Islam di Nusantara. Dengan demikian, masjid Asal merupakan salah satu masjid bersejarah yang merekam jejak pengembangan Islam di Aceh dan Indonesia umumnya.
Bangunan Masjid Asal berkesan tua/kuno/purba. Kesederhanaan bangunanya memancarkan kharisma dari kemegahan Islam masa lalu. Kubah masjid berbentuk bulat runcing keatas berwarna hitam pekat terbuat dari logam. Atapnya terbuat dari ijuk (serat serabut pohon aren) serta plafon yang dibuat dari pelepah aren yang dirajut dengan rotan.  
Ukuran Masjid "ASAL" penampak'an seluas 8 x 10 meter ini   dikelilingi oleh dinding yang terbuat dari tanah kuning di sepanjang sisi tiang sebelah luar. serta empat tiang penyangga utama masjid dihubungkan dengan empat balok kayu sebagai penyokong kubah dan atap Masjid. Menurut masyarakat setempat, keempat tiang tersebut merupakan kayu pilihan yang diambil dari beberapa Kampung. Dua di antaranya diambil dari Kampung Gele-Penampaan, menjadi pelengkap keenambelas tiang yang masih berdiri dengan kokoh sampai saat ini. di bagian luar sebelah kiri masjid terdapat makam para pendiri masjid tersebut. Mereka merupakan tokoh agama yang disegani, salah seorang di antaranya dikenal sebagai tokoh penyebaran agama Islam di dataran tinggi Gayo.

Sumur

Dihalaman masjid terdapat sebuah sumur tua yang dahulu digunakan sebagai sumber air untuk berwudhuk. Dalam perkembangannya kemudian, sumur ini mulai jarang digunakan. Namun air sumur ini masih tetap diambil masyarakat meskipun untuk maksud yang lain. Konon menurut penuturan masyarakat, sumur tersebut disebut “Telaga Nampak” yang keramat. Air dari sumur ini dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit, menyegarkan jasmani dan digunakan sebagai air untuk tepung tawar (pesejuk) dalam berbagai acara masyarakat.
di masa kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam, pengelolaan dan perawatan masjid Asal diemban oleh pejabat kerajaan Kejurun Patiambang. Kejurun Patiambang merupakan salah satu dari enam kejurun di daerah Gayo. Keenam teritori tersebut adalah; Kejurun Bukit, Kejurun Linge, Kejurun Siah Utama, Kejurun Patiambang, Kejurun Bebesan, dan Kejurun Ambuq. (lihat Snouck Hurgronje,1996: 107, dst. dan H. M. Gayo, 1983: 51). Untuk pengelolaan masjid Asal, Raja Patiambang mengangkat Reje Cik yang ditugaskan untuk merawat dan mengelola pelaksanaan kegiatan keagamaan di Masjid Asal.

Masjid Asal telah mengalami beberapakali renovasi. Pada tahun 90-an masjid ini di rehab bagian luarnya dengan pemasangan tembok keliling di sekitar masjid sampai ke perkuburan. Lalu pada tahun 1989, dilakukan pemasangan kaca pada lubang angin bagian atas (kubah masjid).  Rehabilitasi di atas dilakukan dalam masa daerah ini masih masuk dalam wilayah Kabupaten Aceh Tenggara. Lalu pada tahun 2002, daerah ini masuk dalam wilayah pemekaran Kabupaten Gayo Lues. Maka Pemerintah Daerah Kabupaten Gayo Lues melakukan rehabilitasi Masjid Asal, dan menjadikan masjid ini sebagai icon Kabupaten Gayo Lues.

Pada tahun 2008, masjid Asal direhab kembali dengan bantuan dana dari BRR NAD-Nias, namun tidak merombak bangunan dasarnya. Pada masa ini dibangun mesjid baru dengan konstruksi beton berukuran 60 x 40 meter berdampingan dengan mesjid lama yang berkonstruksi kayu. Dengan demikian masjid Asal menjadi dua bagian, bagian utama merupakan bangunan inti yaitu masjid Asal yang asli. Sedangkan bagian kedua merupakan masjid baru sebagai perluasan masjid Asal, sehingga pengujung akan medapati dua ruang berbeda di dalam masjid.
Masjid ini biasanya dipadati oleh para pengunjung pada setiap hari Jumat, mulai dari subuh sampai masuk waktu shalat Jumat. Para pengunjung berdatangan dari berbagai daerah, baik dari Aceh sendiri maupun dari luar Provinsi Aceh. Biasanya pengunjung datang untuk bersedekah, memenuhi niatan dan melunasi nazar mereka. Selain hari Jumat, masjid akan dipadati pada saat perayaan hari-hari besar Islam seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi‘raj, Megang Ramadhan dan Megang Hari Raya (Idul Fitri dan Idul Adha). Pada saat-saat seperti ini, masjid akan dipadati pengunjung untuk beribadah dan memenuhi nazar mereka.
Masjid Asal-Kampung Penampaan ini masih banyak menyimpan misteri sejarah kehidupan masyarakat Gayo Lues yang belum tergali. Pada masa kejayaan Kerajaan Aceh, daerah ini dipimpin oleh Kejurun Patiambang yang banyak berkontribusi bagi hidupnya beragam adat dan budaya dalam masyarakat. Di masa penyerbuan Kolonialis Belanda ke tanah Gayo.



1 komentar:

  1. Casinos in the UK - How to find good games - GrizzGo
    So, what do we mean by “casinos in the UK”? to find a casino 토토 and live casino gri-go.com games on a mobile poormansguidetocasinogambling phone device in 2021. ventureberg.com/

    BalasHapus